PIKIRAN.CO, Jakarta – Mantan Wakil Menteri Pendidikan dan Kebudayaan (Wamendikbud) Fasli Jalal, menyebut Mendikbud Nadiem Makarim sedang berada di persimpangan jalan. Pernyataannya seiring munculnya dengan munculnya isu reshuffle kabinet yang digadang akan dilakukan pada pekan ini.
“Memang Nadiem siap terima risiko dan dia akan jalan terus (meski banyak kritik), cuma risikonya kepada guncangan politik dan pendidikan menurut saya perlu tertata semua. Jadi saya pikir di persimpangan jalan Nadiem ini. Kalau presiden dapat tekanan luar biasa dan menyerah tentu akan berganti,” kata mantan Wakil Menteri Pendidikan dan Kebudayaan (Wamendikbud), Fasli Jalal, kepada wartawan sebagaimana dilansir Detik.com, Rabu (14/4/2021).
Baca Juga: Resmi, Kemenristek Dibubarkan dan Bergabung di Bawah Kemendikbud
Meski demikian, Fasli Jalal memandang Nadiem masih punya kesempatan. Nadiem disebut masih perlu diberi waktu untuk membuktikan gebrakan-gebrakannya. Apalagi keputusan presiden memunculkan anak muda di Kemendikbud tentu sudah disertai visi jauh ke depan.
“Menurut saya berikan waktu, memang karena kemudaannya memang dalam hal tertentu kurang unggah-ungguh, tapi itu kan bagian dari perjalanan dan yang penting substansinya,” kata Fasli Jalal, yang merupakan guru besar pendidikan Universitas Andalas.
Menurut Fasli, Nadiem beberapa kali terlibat kontroversi untuk hal yang tidak terlalu substansial. “Ada jargon-jargon pendekatan yang kadang kalau dipahami benar tidak seperti itu, tapi kadang-kadang dipakai untuk menyerang beliau bahwa kurang falsafah agama, kurang masuk, kemudian apalah. Pada hari pertama dulu dia hadir wisuda di mana guru besar dengan toga kebesarannya, dia memakai jins, itu juga sempat heboh. Tapi dari awal saya sabar saja,” kata Fasli Jalal.
Baca Juga: Terkait Reshuffle Kabinet, PKB: Mungkin Rabu Pahing atau Rabu Kliwon
Fasli mengatakan terlalu banyak energi yang dikeluarkan Nadiem, Presiden Jokowi, dan bangsa ini untuk memikirkan kontroversi itu. Dia berharap Nadiem mengambil pelajaran dari kontroversi selama ini agar bisa merumuskan road map pendidikan Indonesia. “Cukup satu tahun lebih ini sebagai masa pembelajaran untuk dia (Nadiem), Pak Jokowi, untuk kita. Dalam konteks itu kita perlu memberi waktu, walaupun saya banyak mengkritik dan saya berikan langsung kepada beliau,” terang Fasli.
Fasli lantas memberikan saran evaluasi positif untuk Kemendikbud. Menurutnya, Nadiem lebih baik diberikan kesempatan untuk bekerja lebih keras. Ia menyarankan Nadiem didampingi oleh Wakil Menteri yang lebih senior.
(B.J.P)