PIKIRAN.CO, Iran – Pemerintah Iran secara resmi telah mulai membatasi inspeksi internasional terhadap fasilitas nuklirnya sebagaimana dilansir TV pemerintah negara itu pada Selasa (23/2).
Banyak pihak menilai, langkah ini diambil sebagai bagian dari upaya untuk menekan negara-negara Eropa dan pemerintahan Presiden Amerika Serikat Joe Biden untuk mencabut sanksi-sanksi ekonomi dan memulihkan kesepakatan nuklir tahun 2015 silam.
Dalam laporan TV pemerintah Iran tersebut, tidak diungkap secara rinci langkah pembatasan yang dilakukan, melainkan hanya mengukuhkan bahwa Iran telah mewujudkan ancamannya untuk mengurangi kerja sama dengan para pengawas Badan Tenaga Atom Internasional (IAEA).
Sebelumnya, pemerintah Iran pernah mengemukakan rencananya untuk menghentikan penerapan “Protokol Tambahan”, perjanjian rahasia antara Teheran dan IAEA yang dicapai sebagai bagian dari perjanjian nuklir penting yang memberikan kewenangan lebih besar kepada para pengawas PBB untuk mengunjungi serta mengawasi fasilitas dan program nuklir di Iran.
Masih belum jelas bagaimana akses untuk IAEA ini akan dibatasi. Menteri Luar Negeri Iran Mohammad Javad Zarif mengatakan, IAEA tidak akan bisa lagi mengakses jaringan kamera pengawas di situs-situs nuklir Iran.
Organisasi Energi Atom Iran (AEOI) sebagai badan nuklir sipil Teheran telah berjanji untuk menyimpan rekaman tersebut selama tiga bulan kemudian menyerahkannya ke IAEA tetapi hanya jika Iran diberi keringanan sanksi.
Sekitar tiga tahun lalu, mantan Presiden Amerika Serikat Donald Trump secara sepihak menarik Amerika dari perjanjian nuklir dan menerapkan kembali sanksi-sanksi terhadap Iran yang melumpuhkan ekonominya.
Saat ini untuk meningkatkan tekanan pada pemerintahan Biden, Iran telah mengumumkan pelanggaran bertahap terhadap perjanjian pada tahun 2015 tersebut. Selama beberapa pekan terakhir, Iran telah mulai memperkaya uranium hingga kemurnian 20% atau semakin mendekat ke tingkat yang memungkinkannya membuat senjata nuklir.
Iran juga telah mulai mengoperasikan sentrifugal-sentrifugal canggihnya dan memproduksi logam uranium yang merupakan komponen hulu ledak nuklir.
Senin lalu, Pemimpin Agung Ayatollah Ali Khamenei mengisyaratkan bahwa Iran akan menolak untuk menyerah pada tekanan Amerika Serikta atas program nuklirnya. Khamenei mengatakan jika perlu, Iran dapat memperkaya uranium hingga 60% kemurnian. Disisi lain Ia juga menegaskan kembali negara tersebut melarang senjata nuklir.
Teheran telah lama bersikeras bahwa program nuklirnya adalah untuk tujuan damai, seperti untuk pembangkit listrik dan penelitian medis.
Eskalasi ketegangan pada Selasa waktu setempat terjadi menyusul kunjungan darurat Direktur Jenderal IAEA Rafael Grossi ke Teheran akhir pekan lalu untuk merundingkan pembatasan inspeksi.
Sebagai bagian dari kesepakatan sementara, Grossi mengatakan badan tersebut diizinkan mempertahankan jumlah inspektur yang sama di lapangan.
Tetapi pembatasan Iran akan mempengaruhi kemampuan para pengawas untuk melakukan apa yang disebut inspeksi mendadak terhadap situs-situs nuklir Iran, kata Grossi.
Iran memblokir akses ke kamera IAEA yang juga berarti badan tersebut tidak bisa memantau tindakan Iran ketika inspektur IAEA tidak secara fisik berada di lokasi.
(F.A)