PIKIRAN.CO, Jakarta – Kecelakaan bus yang terjadi di Sumedang, Jawa Barat mengakibatkan banyak korban jiwa. Berdasarkan hasil penyelidikan polisi, struktur jalan yang menurun dan menikung menjadi penyebab insiden tersebut. Sopir juga tak kenal rute dan memakai aplikasi peta daring.
Bus Sri Padma yang membawa rombongan dari SMP IT Al Muawwanah, Cisalak, Subang, mengalami insiden kecelakaan pada Rabu (10/3). Belum ada pernyataan resmi dari pihak berwenang terkait penyebab kecelakaan yang diketahui menewaskan 29 orang tersebut. Namun menurut penuturan salah seorang korban selamat Mimin Mintarsih (52), bus sempat oleng sebelum masuk ke jurang.
Direktur Penegakan Hukum Korlantas Polri Brigjen Pol Kushariyanto, menjelaskan kronologi kecelakaan maut tersebut berdasarkan analisa sementara. Insiden bermula dari bus yang diduga hilang kendali hingga terbanting dan terperosok ke jurang.
Kontur jalan yang menurun panjang serta menikung di lokasi kejadian diduga membuat bus bergoyang sebelum akhirnya mengalami kejadian naas.
“Akhirnya sopir ini banting stir ke kiri, dia sempat muter kena guard rail (pagar pengaman jalan) ini, jadi dari kepala posisi di depan dia langsung menjadi terbalik,” kata Kushariyanto di lokasi kecelakaan pada Kamis (11/3) sebagaimana dikutip dari Antara.
Hal tersebut diakui Kushariyanto masih bersifat dugaan sementara. Hingga kini pihaknya masih terus melakukan penyelidikan di lokasi dengan metode “Traffic Accident Analysis” (TAA).
Sementara praktisi keselamatan berkendara yang juga Senior Instructor Safety Defensive Consultant Indonesia (SDCI), Sony Susmana menyebut ada tiga hal penting yang harus dipahami oleh pengemudi bus untuk meminimalisir potensi kecelakaan.
Yang pertama adalah perawatan bus, yang kedua soal rute perjalanan, dan terakhir pemahaman tentang pentingnya peran pengemudi.
“Terutama (perawatan) sektor rem. Karena sebagai tumpuan untuk mengurangi kecepatan dan kerjanya sangat berat. Tidak hanya membawa beban badan yang berat, tapi jumlah muatannya,” kata Sony sebagaimana dilansir dari detikcom, Kamis (11/3).
“Biasakan melakukan safety induction seperti di pesawat. Pastikan semua mengikuti aturan dan duduk menggunakan safety belt. Hindari suasana riuh di dalam kabin, karena suasana nyaman/gembira dan lain-lain bisa terbawa kepada kurangnya daya pengemudi dalam mengantisipasi kondisi darurat. Sensitif lah terhadap hal yang ganjil, jangan mengambil risiko, karena manusia punya keterbatasan kemampuan jadi hanya akal sehat yang bisa meminimalkan resiko tersebut,” jelas Sony.
(S.K.T)