PIKIRAN.CO, Jakarta – Beberapa negara saat ini diketahui menerapkan embargo atau larangan ekspor vaksin COVID-19. Uni Eropa dan India sebagai salah satu produsen vaksin disebut ingin memprioritaskan suplai vaksin untuk memenuhi kebutuhan lokal terlebih dahulu.
Hal ini kemudian berdampak pada suplai vaksin COVID-19 global, termasuk Indonesia. Menteri Kesehatan Budi Gunadi Sadikin menyebut rencana kedatangan sekitar 10 juta dosis vaksin AstraZeneca di bulan Maret-April dari COVAX tertunda sehingga laju vaksinasi di Indonesia diprediksi akan melambat.
“Kita masih ada Sinovac tapi ya jadi lebih pelan aja penyuntikannya… Kita mencoba melobi GAVI untuk memastikan ada yang bisa dapet enggak sedikit saja di bulan April,” kata Menkes Budi dalam konferensi pers seperti dikutip Detik.com pada Minggu (28/3/2021)
Baca Juga :Â Jokowi Meninjau Pelaksanaan Vaksinasi COVID-19 Untuk Seniman dan Budayawan.
Menteri keuangan Sri Mulyani mengakui betapa pentingnya vaksinasi COVID-19 dalam pemulihan ekonomi satu negara. Februari lalu misalnya, dia mengatakan program vaksinasi membuat pemerintah optimistis pertumbuhan ekonomi tahun ini di angka 4,5-5,3 persen.
Dalam pelaksanaannya program vaksinasi tidak berjalan mulus. Indonesia kehilangan jutaan dosis vaksin gratis jenis AstraZeneca dari kerja sama multilateral Aliansi Global untuk Vaksin dan Imunisasi (GAVI). Dari 11,7 juta vaksin AstraZeneca yang dijanjikan GAVI, Indonesia kemungkinan besar hanya mendapatkan 1,3-1,4 juta.
Pengamat ekonomi dari Institute for Development of Economics and Finance (Indef) Abra Talatov mengatakan kondisi ini membuat Indonesia menghadapi risiko pelebaran defisit anggaran. “Dengan diembargo ini jadinya vaksin harus beli, perlu tambahan biaya. Ini tentu akan meningkatkan lagi alokasi anggaran. [Anggaran] PEN (pemulihan ekonomi nasional) nilainya Rp700 triliun, ini bisa berpotensi meningkat lagi dan kita belum tahu sampai berapa peningkatannya,” kata dia sebagaimana dilansir Tirto.id pada Kamis (8/4/2021).
Baca Juga :Â Sudah Dua Kali Vaksin, Istri Ridwan Kamil Tepapar COVID-19
Berdasarkan keterangan Menteri Kesehatan Budi Gunadi Sadikin, pemangkasan kuota vaksin untuk Indonesia terjadi karena lonjakan kasus COVID-19 di negara produsen, India. Janji hibah vaksin jadi tak berlaku selama negara produsen masih dalam kondisi darurat.
“Kami sudah membuka diskusi dengan Cina untuk menambah sekitar 90-100 juta dosis tambahan,” kata Budi dalam rapat dengar pendapat dengan Komisi IX DPR RI, Kamis (8/4/2021) lalu. Cina dipilih karena selama ini negara itulah yang paling tepat waktu. “Sampai sekarang yang tak pernah miss jadwal pengirimannya adalah yang dari Cina,” akunya.
Sementara itu Direktur Eksekutif Core Indonesia Mohammad Faisal mengatakan terhambatnya vaksinasi membuat pemulihan ekonomi Indonesia semakin suram. “Upaya untuk mencapai herd immunity (kekebalan kelompok) yang secepat mungkin menjadi lebih lambat. Kalau herd immunity ini dicapainya lebih lambat, berarti aktivitas ekonomi yang selama ini tertahan karena ada pandemi masih akan terus tertahan,” katanya seperti dikutip Tirto.id pada Jumat, (9/4/2021).
Di sisi lain dampak lambannya vaksinasi juga membuat Indonesia semakin sulit meyakinkan investor untuk segera merealisasikan investasi. Mereka akan melihat bahwa situasi ini bukan waktu yang tepat untuk melanjutkan komitmen investasi ke tahap realisasi.
Diketahui, data BKPM (Badan Koordinasi Penanaman Modal) menyebutkan sudah ada sejumlah komitmen investasi jumbo yang masuk ke Indonesia. Sebut saja Contemporary Amperex Technology Co. Ltd yang telah menandatangani komitmen investasi 4,6 miliar dolar AS atau setara Rp67,8 tiliun untuk pengembangan baterai listrik di Indonesia. Lalu ada Abu Dhabi yang menyatakan komitmen investasi hingga 22,8 miliar dolar AS atau Rp319,8 triliun di awal 2020 lalu.
Kepala Pusat Penelitian Bidang Ekonomi LIPI Agus Eko Nugroho juga menegaskan betapa pentingnya kecepatan vaksinasi terhadap proses pemulihan ekonomi. Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh LIPI, saat ini masyarakat lebih memilih melakukan saving dibandingkan spending atau konsumsi. “Dengan memberikan confidence mengenai vaksin ini, maka akan mendorong masyarakat meningkatkan konsumsi,” ucap Agus.
(B.J.P)